NGINX vs Apache: Perbandingan Lengkap + Tips Memilih Web Server Terbaik 2024

Apache dan NGINX adalah dua web server yang paling populer saat ini. Web server ini berfungsi untuk mengirimkan konten melalui internet serta mentransmisikan data antara sistem host dan browser pengguna.

Namun, web server bisa memengaruhi performa dan keamanan website secara signifikan. Oleh karena itu, saat membuat website atau mengonfigurasi VPS (virtual private server), pastikan Anda memilih web server yang tepat.

Bingung menentukan pilihan? Tidak perlu cemas! Di artikel ini, kami akan membandingkan NGINX vs Apache, mulai dari segi arsitektur, kompatibilitas, performa, dan keamanannya. Lanjutkan membaca artikel ini yuk!

Perbandingan Singkat NGINX vs Apache

Sebelum membahas Apache vs NGINX lebih lanjut, kami akan membantu Anda memahami kedua web server ini lebih dulu dengan menjelaskan karakteristik umum dan perbedaannya.

Apache

Umumnya disebut sebagai Apache atau Apache HTTPD, Apache HTTP Server adalah software web server open-source yang tersedia gratis. Server ini memproses permintaan klien dan menyajikan konten web melalui Hypertext Transfer Protocol (HTTP).

Web server Apache dirilis pada tahun 1995 oleh Apache Software Foundation yang sampai saat ini masih mengelolanya. Apache merupakan web server yang paling banyak digunakan di awal-awal munculnya world wide web, dan tetap populer hingga sekarang.

Saat ini, Apache HTTP Server mendukung sekitar 30% website di seluruh dunia. Web server ini kompatibel dengan banyak sistem operasi, seperti Microsoft Windows, OpenVMS, dan OS Unix-like lainnya seperti Linux dan macOS.

Server ini mendukung berbagai protokol komunikasi, termasuk HTTP, HTTPS, WebSocket, dan HTTP/2.

Apache juga merupakan bagian dari LAMP stack, salah satu stack software open-source pertama untuk pengembangan web. Hasilnya, web server ini kompatibel dengan berbagai software, CMS (content management system), bahasa pemrograman, dan framework web.

Server Apache sangat populer dengan sistem modulnya yang fleksibel dan mampu menghasilkan performa optimal. Dengan modul ini, pengguna bisa menambah atau menghapus fungsi dengan mudah untuk mengonfigurasi servernya sesuai kebutuhan.

NGINX

NGINX, yang dibaca “Engine X“, adalah salah satu web server terbaik yang cepat dan mudah diatur sesuai kebutuhan. Server ini juga gratis dan open-source, namun saat ini lebih populer di kalangan pengguna daripada Apache.

Web server ini dikembangkan di tahun 2002 sebagai solusi dari masalah C10K pada awal-awal munculnya world wide web. Saat itu, banyak web server yang hanya bisa menangani 10.000 koneksi secara bersamaan.

Nah, NGINX dirilis dengan arsitektur asinkron dan berbasis event sehingga mampu memproses banyak permintaan klien sekaligus. Web server ini bisa menangani banyak traffic dengan spesifikasi hardware minimal dan menyajikan file statis dengan cepat.

NGINX adalah bagian dari web stack LEMP, yang merupakan alternatif populer LAMP dari Apache.

Selain sebagai server, web developer menggunakan NGINX sebagai load balancer atau penyeimbang beban untuk meningkatkan efisiensi dan ketersediaan resource sistem host.

Selain itu, NGINX juga bisa bertindak sebagai reverse proxy, yaitu perantara yang mendistribusikan permintaan konten secara merata untuk memastikan kelancaran traffic antara server dan klien.

Penting! Apache juga bisa bertindak sebagai server reverse proxy dan load balancer. Namun, web server ini lebih sering digunakan untuk server back-end guna memanfaatkan modul-modulnya dan pemrosesan konten dinamis.

NGINX mendukung hampir semua sistem operasi Unix-like. Namun, web server ini mungkin kurang optimal dari segi performa di Windows, karena konfigurasi yang terbatas dan adanya potensi masalah autentikasi UDP.

Perbandingan Arsitektur Dasar – Penanganan Koneksi

Dalam web server, arsitektur adalah tata letak atau mekanisme logis yang menentukan bagaimana software ini menangani permintaan, koneksi, dan traffic web. Kriteria ini merupakan salah satu pertimbangan penting saat memilih web server.

Mari bandingkan NGINX dan Apache dalam hal arsitektur dasar dan cara kedua software ini menangani koneksi.

Apache

Secara default, Apache mengikuti arsitektur berbasis proses, yaitu dengan membuat satu thread untuk menangani setiap permintaan koneksi.

Kelemahannya adalah Apache harus membuat proses yang berbeda saat menangani banyak permintaan klien. Hal ini bisa boros resource dan mengakibatkan masalah server, seperti loading website yang lambat dan downtime yang berulang.

Untuk mengatasi hal ini, Apache menyediakan berbagai multi-processing module (MPM) yang menentukan caranya menerima dan menangani permintaan HTTP. Pengguna bisa memilih MPM yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Ada tiga MPM utama dari Apache:

  • mpm_prefork – MPM prefork tidak menggunakan thread, yang berarti setiap proses turunan hanya bisa menangani satu permintaan. Performanya akan langsung menurun setelah permintaan melebihi jumlah proses sehingga cukup sulit untuk menyesuaikan kebutuhan dengan MPM ini.
  • mpm_worker – setiap proses MPM worker bisa membuat beberapa thread yang mampu menangani koneksi individu. Hasilnya, sistem bisa melayani beberapa permintaan sekaligus. Karena thread membutuhkan lebih sedikit resource daripada proses, MPM ini lebih mudah diatur sesuai kebutuhan dan efisien daripada MPM prefork.
  • mpm_event – mirip dengan MPM worker, tapi juga dioptimalkan untuk menangani koneksi keep-alive. Untuk melakukannya, MPM ini menyediakan thread khusus guna mengelola koneksi tersebut dan mengalokasikan permintaan aktif ke thread lain. Proses ini membantu menjaga performa MPM tetap optimal meskipun menangani banyak permintaan keep-alive, yang akhirnya menjadi lebih hemat resource.

Perlu diingat bahwa Anda hanya bisa memuat satu MPM di server pada satu waktu. Apabila memprioritaskan stabilitas dan kompatibilitas, gunakan MPM prefork. Namun, untuk website yang nantinya perlu diupgrade atau disesuaikan lagi, manfaatkan MPM worker atau event.

NGINX

Banyak web server yang menggunakan arsitektur sederhana dengan thread atau berbasis proses. Namun, NGINX menggunakan metode yang berbeda, yaitu dengan arsitektur asinkron, tanpa pemblokiran, dan berbasis event. Hasilnya, web server ini pun mampu menangani banyak koneksi dalam satu proses.

NGINX memiliki master process (proses utama) yang melakukan operasi khusus seperti port-binding, pembacaan dan evaluasi file konfigurasi, dan pembuatan proses turunan.

Berikut tiga jenis proses turunan NGINX:

  • Proses cache loader – dengannya, Anda bisa memuat cache berbasis disk ke zona memori. Proses ini menggunakan sedikit resource server karena hanya berjalan satu kali setelah NGINX dimulai.
  • Proses cache manager – menjaga jumlah data yang disimpan dalam cache agar tidak melebihi ukuran yang ditetapkan dengan mengeceknya secara berkala dan menghapus data yang paling sedikit diakses.
  • Proses worker – menangani beberapa koneksi HTTP secara bersamaan sehingga tidak perlu membuat proses atau thread baru. Sebaliknya, setiap proses berjalan secara independen dan berisi unit yang lebih kecil, yang disebut koneksi worker, yang bertugas untuk menangani thread permintaan. Selain berkomunikasi dengan server upstream, proses worker juga bisa membaca dan menulis konten yang tersimpan.

Arsitektur berbasis event dari NGINX bisa mendistribusikan permintaan klien secara efektif di antara proses-proses worker. Hasilnya, efisiensi dan penggunaan resource di Apache dan NGINX pun berbeda.

Karena mampu memproses ribuan permintaan klien secara efisien dengan resource minimal, NGINX cocok untuk website dengan traffic tinggi, seperti mesin pencari, website e-Commerce, dan layanan penyimpanan cloud.

Sejumlah jaringan pengiriman konten (CDN) populer, seperti MaxCDN dan Cloudflare, juga menggunakan NGINX untuk menangani permintaan.

Perbandingan Performa – Konten Dinamis vs Konten Statis

Di bagian ini, kami akan menjelaskan perbandingan performa Apache dan NGINX untuk pemrosesan permintaan konten statis dan dinamis.

Konten statis adalah file web yang tetap sama saat dikirimkan ke pengguna akhir dan tidak berubah sesuai permintaan mereka. Jenis konten ini merupakan yang paling mudah untuk dikirim melalui internet dan biasanya disimpan di CDN. Contohnya termasuk library JavaScript, file HTML, dan gambar.

Sementara itu, konten dinamis adalah file web yang berubah berdasarkan tindakan, karakteristik, dan preferensi pengguna. Konten halaman web ini akan berbeda-beda untuk setiap pengguna, karena disajikan berdasarkan permintaan tertentu. Contoh konten dinamis adalah file PHP.

Apache

Apache menyajikan konten statis menggunakan metode berbasis file tradisional. Performa operasi ini pada dasarnya adalah fungsi yang dijalankan MPM.

Salah satu keunggulan server Apache adalah kemampuannya untuk menangani konten dinamis secara internal tanpa bergantung pada komponen eksternal.

Server ini memproses konten dinamis dengan mengintegrasikan pemroses bahasa pemrograman yang sesuai ke dalam setiap instance worker. Pengguna bisa mengaktifkan pemroses ini melalui modul-modul yang bisa dimuat secara dinamis dari Apache.

NGINX

Dalam hal menyajikan konten statis, NGINX lebih cepat daripada Apache karena server ini menyimpan file statis di dalam cache agar bisa tersedia kapan saja.

Namun, NGINX tidak memiliki kemampuan pemrosesan konten dinamis bawaan. Untuk memproses konten dinamis, web server ini harus meneruskan permintaan ke pemroses eksternal seperti FastCGI Process Manager (PHP-FPM).

Pemroses eksternal ini akan menginterpretasikan permintaan menjadi konten dinamis dan mengirimkan hasilnya kembali ke NGINX. Setelah menerima konten, NGINX akan mentransfer hasilnya ke klien.

Perbandingan Konfigurasi Tingkat Direktori

Apabila perlu memberikan izin kepada pengguna lain untuk mengelola beberapa komponen website Anda, pilihlah web server yang menyediakan konfigurasi tingkat direktori. Di bagian ini, kami akan membandingkan konfigurasi Apache dan NGINX.

Apache

Web server Apache mendukung konfigurasi tambahan per direktori melalui file .htaccess. Dengan file ini, pengguna yang tidak memiliki hak istimewa bisa mengontrol aspek-aspek tertentu di website Anda, tapi tidak memiliki hak untuk mengedit file konfigurasi utama.

Banyak provider shared hosting yang menggunakan Apache untuk memberikan akses tersebut guna melindungi file konfigurasi utama dari pengeditan yang tidak disengaja, yang bisa mengganggu fungsionalitas website.

Apache juga menginterpretasikan .htaccess apabila file ini disertakan dalam alur permintaan. Web server ini bisa langsung mengimplementasikan aturan yang ditentukan dalam .htaccess tanpa memerlukan proses reboot.

Namun, ada beberapa kekurangan untuk menggunakan file .htaccess. Misalnya, performa website Anda mungkin menurun karena Apache memuat file .htaccess untuk setiap permintaan dokumen. Proses ini menghabiskan banyak resource, terutama untuk website dengan traffic tinggi dan halaman web yang kompleks.

Selain itu, mengizinkan pengguna untuk mengedit file .htaccess bisa mengakibatkan error keamanan. Apabila tidak memerlukan bantuan pihak lain untuk memodifikasi pengaturan server, Anda bisa menonaktifkan akses ke file tersebut.

NGINX

Tidak seperti Apache, NGINX tidak mendukung konfigurasi tingkat direktori. Meskipun jadi kurang fleksibel, hal ini bisa membantu meningkatkan performa website.

Karena dirancang untuk efisiensi yang optimal, NGINX tidak perlu mencari dan menginterpretasikan file .htaccess sehingga web server ini bisa melayani permintaan lebih cepat daripada Apache.

NGINX menjaga server Anda tetap aman dengan tidak mengizinkan konfigurasi tambahan, karena hanya pengguna dengan izin root yang bisa mengubah pengaturan server dan website.

Perbandingan Modul di Apache vs NGINX

Sebagian besar web server memiliki file konfigurasi standar secara default. Namun, developer sering menyertakan modul untuk meningkatkan fungsionalitasnya dan mempermudah proses pemrograman.

Meskipun fungsi NGINX dan Apache bisa ditingkatkan melalui sistem modul, keduanya memiliki cara kerja yang berbeda.

Apache

Apache merupakan web server yang mudah disesuaikan sehingga pengguna bisa menginstal lebih dari 50 modul resmi dan pihak ketiga. Web server ini juga mendukung modul dinamis untuk penggunaan memori yang lebih efisien.

Selain itu, pengguna bisa memuat dan menonaktifkan modul untuk memodifikasinya.

Modul Apache bisa membantu melakukan berbagai tugas, seperti memproses konten dinamis, mengatur variabel sistem, dan menulis ulang URL. Berikut adalah beberapa modul Apache yang paling sering digunakan:

  • mod_headers – berfungsi untuk mengontrol dan menyesuaikan header permintaan dan respons HTTP di web server Apache.
  • mod_expires – menggunakan modul ini, pengguna bisa menentukan interval kedaluwarsa untuk berbagai jenis konten website.
  • mod_authz_host – menyediakan kontrol akses dan otorisasi berdasarkan hostname, alamat IP, atau karakteristik permintaan.
  • mod_mime – membantu menetapkan informasi meta konten dengan ekstensi nama file.
  • mod_alias – berguna untuk memberi tahu klien bahwa URL yang diminta salah.

Perlu diingat bahwa Apache memiliki beberapa modul yang sudah terinstal dan memuatnya di memori server. Jadi, nonaktifkan fitur-fitur yang tidak digunakan untuk mengurangi penggunaan resource dan menjaga performa server yang optimal.

NGINX

NGINX menawarkan berbagai modul resmi dan pihak ketiga yang bisa diintegrasikan ke software intinya. Pengguna yang memahami bahasa pemrograman C juga bisa membuat modul NGINX khusus untuk kebutuhan spesifik proyek mereka.

Namun, NGINX tidak mendukung pemuatan modul dinamis karena harus dikompilasi di dalam software intinya. Pengguna harus menggunakan NGINX Plus agar modul bisa dimuat secara dinamis.

tampilan halaman nginx plus

Meskipun hal ini membuat NGINX kurang fleksibel dibandingkan dengan Apache, keamanannya lebih terjamin karena mengintegrasikan banyak modul dinamis bisa menimbulkan risiko keamanan.

Perbandingan Keamanan Apache vs NGINX

Penting untuk memilih web server yang aman guna melindungi data website Anda dan menjaganya tetap up-to-date dengan patch terbaru. Berikut adalah perbandingan Apache vs NGINX dalam hal keamanan.

Apache

Apache Software Foundation memiliki milis Apache Server Announcements agar pengguna bisa selalu mendapatkan informasi terbaru dari tim developer software ini.

Untuk menjaga keamanan web server, Apache juga menerapkan konfigurasi untuk membantu menghadang serangan DoS, seperti:

  • TimeOut – menentukan berapa detik Apache perlu menunggu event tertentu sebelum gagal memenuhi permintaan. Website yang rentan terkena serangan DoS harus menetapkan angka ini serendah mungkin dalam detik.
  • RequestReadTimeout – menghentikan koneksi dari klien yang tidak segera mengirimkan permintaannya.
  • KeepAliveTimeout – menetapkan berapa lama server Apache perlu menunggu dan menjaga koneksi tetap aktif untuk menerima permintaan baru.

Meskipun Apache dirancang agar aman dan stabil, keamanan server Anda juga bergantung pada konfigurasinya. Pastikan untuk menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan, seperti menginstal firewall aplikasi web (WAF).

NGINX

NGINX juga menyediakan beberapa kontrol keamanan secara default, seperti rate-limiting. Fitur ini melindungi server dari serangan DDoS dengan mengurangi laju permintaan yang masuk ke nilai yang lebih realistis dari klien sungguhan.

Rate-limiting juga digunakan untuk melindungi server aplikasi upstream dari permintaan serentak yang berlebihan. Hal ini membantu meningkatkan uptime server dan menjaga performa yang konsisten.

Selain itu, pengguna NGINX bisa mencegah serangan DDoS dengan mengizinkan atau menolak akses berdasarkan alamat IP klien. Mereka juga bisa membatasi akses menggunakan kata sandi, hasil dari subpermintaan, atau bandwidth.

Di samping itu, NGINX mendukung versi terbaru TLS (transport layer security) yang memiliki enkripsi transmisi data lebih canggih.

Untuk mendapatkan fitur keamanan yang lebih lengkap, Anda bisa menggunakan NGINX Plus. Versi premium ini menyediakan fungsi SSO yang bisa mengautentikasi akses dengan aman ke beberapa website dan aplikasi dengan satu kredensial.

Selain itu, pengguna NGINX bisa mengunjungi website resmi web server ini untuk mendapatkan lebih banyak saran keamanan dan berita terbaru.

Dukungan Platform Apache vs NGINX

Web server yang baik harus menyediakan layanan dukungan yang optimal sehingga pengguna bisa mendapatkan bantuan kapan pun saat mengalami masalah. Berikut adalah perbandingan Apache dan NGINX dalam hal dukungan.

Apache

Apache memiliki dokumentasi lengkap yang mencakup berbagai topik tentang software ini. Tersedia juga dukungan komunitas melalui email sehingga Anda bisa mendapatkan bantuan dari sesama pengguna.

Selain itu, pengguna bisa mengajukan pertanyaan di Stack Overflow dan saluran #httpd di jaringan IRC Freenode. Meskipun tidak ada dukungan pelanggan langsung, pengguna bisa menemukan jawaban online dengan mudah terkait Apache berkat popularitasnya.

Selain itu, ada beberapa perusahaan dukungan teknis pihak ketiga yang menyediakan bantuan khusus untuk Apache dengan harga yang berbeda-beda. Atau, Anda bisa menghubungi provider hosting Anda, yang biasanya menyertakan layanan gratis dengan paket yang dibeli.

NGINX

NGINX memiliki milis yang dikelola oleh sesama pengguna untuk membantu menyediakan solusi terkait masalah pengembangan web. Selain itu, ada juga forum dukungan umum yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan bantuan.

Karena memiliki banyak pengguna, ada berbagai forum komunitas NGINX lain yang sering dimanfaatkan oleh para developer untuk saling berbagi jawaban.

Web server ini juga menyediakan banyak materi pembelajaran bagi para pemula untuk mempelajari software ini lebih lanjut, seperti blog, glosarium, dokumentasi, eBook, webinar, dan data sheet.

Tidak seperti Apache, NGINX menawarkan dukungan khusus dari timnya dalam versi premium. Layanan ini bisa membantu Anda dengan hal-hal terkait penginstalan dan penerapan web server ini.

Jadi, Pilih NGINX atau Apache?

Dari perbandingan di atas, Apache dan NGINX memiliki skenario penggunaan ideal yang berbeda. Artinya, setiap web server ini mungkin lebih cocok untuk kebutuhan tertentu. Sebelum menentukan pilihan, pastikan Anda sudah memahami kelebihan dan kekurangan kedua web server ini.

Keunggulan Apache terutama terletak pada fleksibilitasnya. Server ini menyediakan akses root untuk memodifikasi file konfigurasi utama sehingga pengguna yang tidak memiliki hak istimewa bisa mengontrol beberapa pengaturan server. Namun, penggunaan memori servernya bisa lebih boros.

Sementara itu, NGINX memiliki performa yang lebih baik untuk menangani permintaan konten statis dan melayani banyak klien secara bersamaan, serta penggunaan resource yang lebih efisien. Server ini cocok untuk website yang memiliki halaman web kompleks dan volume traffic yang tinggi.

Selain itu, NGINX juga multi-fungsi. Pengguna bisa memanfaatkannya sebagai web server, reverse proxy, load balancer, atau penyimpanan cache. Namun, server ini secara default tidak bisa memproses konten dinamis dan membutuhkan server aplikasi back-end.

Dalam hal kompatibilitas software, keduanya tidak jauh berbeda. Apache maupun NGINX mendukung berbagai sistem operasi dan CMS sehingga cocok untuk website WordPress.

Apabila berencana menggunakan VPS, pilihlah paket VPS dari provider hosting yang mendukung NGINX dan Apache, seperti Hostinger. Paket VPS kami juga menyediakan berbagai fitur untuk melengkapi web server pilihan Anda, termasuk:

  • Dukungan 24/7 – Anda bisa menghubungi tim Customer Success kami kapan saja dalam berbagai bahasa melalui email atau live chat. Pertimbangkan hal ini karena NGINX dan Apache tidak menyediakan dukungan langsung gratis.
  • Fitur keamanan yang canggih – semua paket VPS Hostinger menyediakan fitur-fitur bawaan yang meningkatkan keamanan web server Anda, termasuk software PHP hardening dan firewall aplikasi web.
  • Akses root – dengan paket VPS kami, Anda bisa mengakses dan mengonfigurasi server dengan izin root. Apa pun web server yang dipilih, Anda bebas mengonfigurasi VPS Anda sesuai kebutuhan.
  • Resource yang bisa diatur sesuai kebutuhan – Hostinger memiliki 4 paket VPS dengan alokasi resource yang berbeda-beda. Anda bisa upgrade resource VPS dengan mudah melalui hPanel untuk mengonfigurasi web server Apache atau NGINX Anda.

Apabila ingin mempertimbangkan web server selain Apache dan NGINX, masih ada web server populer lainnya yang bisa Anda pilih. Misalnya, web server seperti Tornado, Node.js, dan Tomcat mungkin lebih cocok untuk kebutuhan Anda.

Atau, Anda bisa menggabungkan NGINX dan Apache untuk memanfaatkan fitur-fitur terbaik kedua web server ini.

Umumnya, Apache digunakan sebagai server back-end berkat modul dan kemampuan pemrosesan konten dinamis bawaanna, sedangkan NGINX sering digunakan sebagai server reverse proxy front-end dan load balancer yang mendistribusikan permintaan klien.

Saran Bacaan

Ingin menggunakan NGINX dengan website WordPress? Baca tutorial kami lainnya tentang cara menginstal WordPress dengan NGINX yuk!

Kesimpulan

Penting untuk memilih web server yang tepat guna memastikan keamanan dan performa VPS yang optimal. Namun, beberapa pengguna mungkin kesulitan untuk memilih web server yang paling sesuai dengan kebutuhan.

Nah, untuk membantu Anda, kami sudah membandingkan dua web server yang paling populer saat ini, NGINX dan Apache. Berikut ringkasan perbandingan keduanya dari berbagai aspek:

  • Arsitektur dasar – Apache membuat satu thread untuk mengelola setiap permintaan koneksi. Sementara itu, satu proses NGINX bisa menangani beberapa koneksi secara bersamaan.
  • Performa – NGINX lebih cepat daripada Apache dalam menyediakan konten statis, tapi memerlukan software tambahan untuk memproses konten dinamis. Sementara itu, Apache bisa memproses konten dinamis secara default.
  • Konfigurasi tingkat direktori – Apache mengizinkan konfigurasi file .htaccess sehingga pengguna bisa mengubah pengaturan websitenya di luar konfigurasi server utama. Sementara itu, NGINX tidak mendukung konfigurasi tingkat direktori.
  • Modul – Modul Apache mendukung pemuatan dinamis, sementara modul NGINX harus dikompilasi dalam software inti.
  • Keamanan – baik Apache maupun NGINX sama-sama aman dan bisa diandalkan. Keduanya juga memiliki beberapa tool keamanan untuk melindungi website dari serangan DDoS.
  • Dukungan – Apache dan NGINX memiliki dukungan komunitas dan dokumentasi untuk membantu pengguna menangani masalah. Namun, NGINX menyediakan dukungan langsung dengan versi premium.

Singkatnya, Apache lebih fleksibel dan menyediakan berbagai macam modul, sedangkan NGINX lebih mudah diatur sesuai kebutuhan, cepat, dan multifungsi sebagai server reverse proxy.

Apa pun pilihan Anda, kedua web server ini mendukung berbagai software guna menyediakan web stack yang lengkap untuk pengembangan website Anda.

Tanya Jawab (FAQ) Server NGINX vs Apache

Di bagian ini, kami akan menjawab beberapa pertanyaan umum tentang Apache vs NGINX.

Apa Perbedaan Apache dan NGINX?

NGINX memiliki arsitektur berbasis event yang mampu menangani banyak permintaan dalam satu thread. Sementara itu, Apache berbasis proses dan bekerja dengan membuat thread untuk tiap permintaan.

Hasilnya, NGINX lebih hemat resource dan memiliki performa yang lebih tinggi daripada Apache. Namun, NGINX tidak bisa memuat modul secara dinamis, memberikan hak istimewa konfigurasi tingkat direktori, serta mengeksekusi konten dinamis secara default.

Apakah Bisa Menggunakan Apache dan NGINX secara Bersamaan?

Ya, Anda bisa mengonfigurasi NGINX atau Apache sebagai web server mandiri atau menggabungkan keduanya untuk memanfaatkan fitur-fitur terbaiknya. Manfaatkan NGINX untuk kecepatan pemrosesannya, dan Apache untuk modul-modulnya yang canggih.

Umumnya, penggunaan umumnya adalah memanfaatkan NGINX sebagai server reverse proxy di samping Apache, karena bisa menangani ratusan koneksi serentak.

Mana yang Lebih Mudah Diatur Sesuai Kebutuhan, NGINX atau Apache?

Apache dan NGINX memiliki tingkat penyesuaian yang berbeda karena alokasi penggunaan resource dan arsitekturnya juga berbeda. Meskipun Apache bisa diatur sesuai kebutuhan, NGINX lebih baik karena efisiensinya.

Arsitektur NGINX bisa secara efisien menangani permintaan dalam satu thread dan mendistribusikannya secara merata di seluruh proses worker. Hasilnya, alokasi resource bisa lebih efisien sehingga web server ini sangat mudah diatur sesuai kebutuhan.

Author
Penulis

Faradilla A.

Faradilla, yang lebih akrab disapa Ninda, adalah Content Marketing Specialist di Hostinger. Ia suka mengikuti tren teknologi, digital marketing, dan belajar bahasa. Melalui tutorial Hostinger ini, Ninda ingin berbagi informasi dan membantu pembaca menyelesaikan masalah yang dialami. Kenali Ninda lebih dekat di LinkedIn.